Forum Komunitas Peduli Sungai Batang Agam Dikunjungi Tim Penilai Tingkat Nasional, Wako Riza Falepi Apresiasi Kementerian PUPR

120

PAYAKUMBUH — Tim Penilai Lomba Komunitas Peduli Sungai (KPS) Tingkat Nasional melakukan visitasi ke Kota Randang untuk melakukan verifikasi dan kunjungan kepada Forum Komunitas Masyarakat Peduli Sungai Kota Payakumbuh, Senin (8/8).

Kedatangan tim penilai yang terdiri dari Direktur Jenderal (Dirjen) SDA Mochammad Amron didampingi Hari Suprayogi dan Sudarsono serta Ketua Tim evaluasi Tantri Anggraini itu disambut oleh Wali Kota Riza Falepi, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang Dian Karmila, Sekda Rida Ananda, Asisten II Elzadaswarman, Staf Ahli Elfriza Zaharman, Kadis Pol PP dan Damkar Dony Prayuda, Kepala Dinas PUPR Muslim, Camat Payakumbuh Barat Ul Fakhri.

Wali Kota Riza Falepi mengatakan pihaknya berkewajiban menjaga lingkungan hidup dan menjaga sumber sumber air yang ada bersama semua elemen masyarakat sehingga air dapat memberikan kehidupan bagi semua masyarakat, pihaknya pun terus mendukung program bersih sungai yang digalakan komunitas pecinta sungai melalui APBD dengan kegiatan pembinaan sejak 2018.

Dijelaskan Riza, Sungai Batang Agam merupakan salah satu sungai yang memiliki fungsi strategis di Kota Payakumbuh. Dengan aliran yang membelah kota menjadi dua bagian, dimana sungai ini sangat potensial untuk dikembangkan dibeberapa sektor, seperti sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sektor olah raga dan lain-lain.

“Sehingga dapat dikatakan bahwa Batang Agam merupakan masa depannya Kota Payakumbuh. Disamping itu, eksistensi sungai Batang Agam juga memiliki potensi permasalahan yang harus segera dituntaskan seperti banjir, kelongsoran tebing sungai, sedimentasi dan perubahan alur sungai serta pencemaran air sungai,” ujarnya.

Ditambahkan wali kota dua periode itu, Pemerintah Kota Payakumbuh terus berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, dimana selama kurun waktu 10 tahun terakhir, pelaksanaan pembangunan infrastruktur pada sungai Batang Agam telah melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak stake holders terkait.

Keterbatasan APBD Kota dan keterbatasan kewenangan, paparnya, mengakibatkan permasalahan yang ada tidak dapat diatasai secara tuntas. oleh karena itu dengan adanya kerjasama dan bantuan pembiayaan pembangunan yang berasal dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera V telah dilaksanakan kegiatan normalisasi dan pengendalian banjir Sungai Batang Agam, yang menelan biaya kontrak sebesar kurang lebih Rp. 211 miliar selama kurun waktu tahun 2017 hingga 2021.

“Hal ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan di Kota Payakumbuh dan mampu menjadikan kawasan sungai Batang Agam sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Payakumbuh,” kata Riza.

Ditambahkan Riza, upaya konservasi air sungai juga merupakan fokus utamanya dalam menjaga kelestarian alam. Salah satu upaya dalam konservasi tersebut adalah dengan tetap menjaga sempadan sungai sebagai green belt sungai. Gerakan payakumbuh menanam pohon dengan memfokuskan kegiatan di sepanjang aliran batang agam telah dicanangkan mulai tahun 2019 dan terus berlanjut sampai saat ini.

“Sebagai bentuk dukungan pembangunan di kawasan sungai batang agam, kami juga telah membangun sport center seperti stadion, GOR, serta ruang terbuka hijau (RTH), lalu ada WTP yang terintegrasi langsung dengan sungai Batang Agam. Pada masa yang akan datang, kami juga akan membangun Mesjid Agung Kota Payakumbuh, yang saat ini sudah memasuki tahapan perencanaan detail kawasan pada lahan yang sudah dibebaskan seluas 5 hektar,” tukuknya.

Riza menyadari sepenuhnya, pemeliharaan infrastruktur yang telah dibangun tidak akan maksimal jika hanya dilaksanakan oleh pemerintah Kota Payakumbuh melalui OPD terkait. Oleh karena itu, eksistensi masyarakat dalam bentuk komunitas peduli sungai (KPS) yang berada di bawah naungan Forum Komunitas Masyarakat Peduli Sungai Batang Agam (FKMPS-Ba) sangat dibutuhkan baik dalam operasi, pemeliharaan, maupun pengawasan aktivitas sosial di sepanjang infrastruktur yang telah dibangun.

Disamping itu, kata Riza, pemerintah kota payakumbuh dalam rangka perlindungan dan keberlanjutan kawasan Sungai Batang Agam, pihaknya telah membuat perda panataan sungai Batang Agam berupa Perda Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan Di Kawasan Batang Agam.

“Dimana saat ini sedang dilakukan pembahasan dengan DPRD terkait rancangan Perda Pembangunan Infrastrutur Berkelanjutan Di Kawasan Batang Agam,” tandasnya.

“Permasalahan yang ada di sungai Batang Agam belum sepenuhnya dapat diatasi. Besar harapan kami Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera V dapat mengalokasikan kembali anggaran untuk lanjutan kegiatan pengendalian banjir sungai Batang Agam pada lahan yang sudah kami bebaskan, walaupun masa bakti kami akan berakhir pada bulan September ini,” Jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Muslim menjelaskan penataan sungai Batang Agam di kota Payakumbuh telah dikonsep pada awal periode Wali Kota Riza Falepi, pada tahun 2012 dilakukan penyiapan perencanaan, studi kelayakan, amdal, dan sebagainya.

“Kita melaksanakan MoU dengan Kementerian PUPR pada 7 Mei 2014, salah satu isinya adalah kesepakatan untuk Pemda menyiapkan perencanaan, sementara itu pelaksanaan fisik oleh kementerian melalui BWSS V,” kata Muslim.

Muslim memaparkan, MoU berjalan dengan baik, dukungan pemko Payakumbuh dalam bentuk pengadaan tanah 18 hektar, telah menghabiskan APBD sekitar 45 miliar. Lalu infrastruktur pendukung lainnya seperti sarana olahraga, taman, lahan pembangunan mesjid agung.

“Kita juga membina komunitas peduli sungai,” tambahnya.

Selanjutnya, kata Muslim, Kementerian PUPR melakukan pembangunan sapras pengendalian banjir dan penataan sungai dengan menghabiskan anggaran sekitar 211 miliar, dilaksanaan saat kepemimpinan Dirjen saat itu Hari Suprayogi.

“Beliau dulu telah datang ke Payakumbuh melihat kondisi sungai Batang Agam sebagai halaman belakang kota, sekarang beliau datang kembali saat Batang Agam telah menjadi halaman depan kota, kami sampaikan apresiasi kepada perhatian Kementerian PUPR,” ujarnya.

Muslim menjelaskan, juga dilakukan perjanjian kerja sama pada 18 Desember 2019, untuk perbaikan fisik dilaksanakan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera V, sementara pemeliharaan dan kebersihan dilakukan oleh Pemko Payakumbuh.

“Untuk memaksimalkan potensi sungai dan memperhatikan kelestarian infrastruktur, Pemda tak bisa bekerja tanpa peran serta masyarakat. Maka dibentuk Forum Masyarakat Peduli Sungai Batang Agam pada 21 November 2018 yang terdiri dari berbagai komunitas seperti radio stasiun, skatepark, arung jeram, panahan, hidroponik, merpati, kelapa, dan sebagainya,” kata Muslim.

Komunitas ini, lanjutnya, diberikan pembinaan bersama-sama melalui tim pembina dari instansi terkait, mereka didorong dengan penguatan kelembagaan melalui penguatan status hukum, memiliki akta notaris, dan terdaftar ke Kemenkumham.

“Forum Komunitas Peduli Sungai Batang Agam adalah satu-satunya komunitas peduli sungai yang terdaftar di Kemenkumham,” tegas Muslim.

Muslim menambahkan, dalam meningkatkan kompetensi komunitas, Pemda melakukan pelatihan untuk berbagai komunitas dalam forum agar mereka terus dapat menjaga sungai, menumbuhkan rasa kepedulian dan semangat menjaga sungai.

“Dampaknya meningkatkan peran serta masyarakat, terpelihara sungai dari pencemaran dan sampah, serta tumbuh kegiatan kepariwisataan dan ekonomi kreatif,” tukuknya.

Di akhir sambutannya, Muslim menegaskan peran serta Wali Kota Riza Falepi tak hanya membina dibalik meja dan di atas kertas saja, kepala daerah langsung turun ke lapangan memimpin upaya pelestarian lingkungan, gotong royong hingga termasuk menanam pohon.

“Sudah lebih dari 1000 pohon di tanam oleh beliau di Kawasan Batang Agam saking cintanya beliau terhadap kelestarian lingkungan kota ini,” tukuknya.

Sementara itu, Dirjen PSDA Hari Suprayogi menyebut lomba ini merupakan bentuk apresiasi dan motivasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada komunitas masyarakat yang turut berperan aktif dalam penyelamatan sumber daya air di Indonesia melalui Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA).

“Dengan penguatan kelembagaan melalui pemilihan Komunitas Peduli Sungai diharapkan kedepannya semakin banyak partisipasi masyarakat dalam aksi penyelamatan air yang menjadi sumber kehidupan bagi kita semua,” katanya.