HumasKominfo — Walikota Payakumbuh Riza Falepi melihat Indonesia saat ini sudah darurat hutang. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menyelesaikan problem hutang luar negeri tersebut.
“Sosok pemimpin nasional yang dibutuhkan Indonesia hari ini adalah pemimpin yang memiliki visi strategis tentang hutang. Bagaimana menyelesaikan masalah hutang ini, sebab hutang adalah masalah kemerdekaan. Kita tidak sepenuhnya merdeka jika terus dililit hutang tersebut,” ujarnya.
Ditambahkan, disamping pemimpin yang bisa mengatasi problem hutang luar negeri, Indonesia juga butuh pimpinan yang kuat dan mampu mengelola politik, ekonomi dan keamanan nasional.
“Kepemimpinan nasional kita harus kuat. Mampu mengelola sumber daya yang ada, memahami dan memiliki akses kepada sumber keuangan global, dan memiliki kemampuan lobbying yang kuat. Nah, dalam proxy war, negara maju tidak ingin kita punya pemimpin yang kuat, agar kepentingan mereka bisa terus terjaga dan terus bisa meraup keuntungan dari bumi Indonesia ini,” jelas Riza.
Dikatakan, jika potensi SDA dan SDM Indonesia ini dikelola secara benar dan serius, maka Indonesia akan mampu mengatasi persoalan hutang yang hari ini merampas kemerdekaan bangsa secara tidak langsung. Menurutnya, pemimpin nasional harus punya strategi dan fokus kepada pembangunan yang bisa meningkatkan daya saing bangsa.
Diterangkan, pemimpin nasional harus mampu meningkatkan daya saing bangsa yang saat ini berada diperingkat 45 dunia dan hanya nomor 4 di Asean. Indonesia harus mampu membangun sektor yang bisa meningkatkan pendapatan negara sekaligus melunasi hutang negara ini. Dikatakan, dirinya melihat industri minyak sawit (CPO) dan potensi laut (Aquaculture) menjadi dua sumber daya alam yang bisa menjawab tantangan itu.
“Sumber pendapatan nasional kita sangat banyak. Cuma harus dikelola dengan benar. Saya contohkan industri Sawit saja. Ini industri yang made in Indonesia, kenapa? Sebab, dari penelitian, sawit hanya tumbuh di daratan landai dan berada maksimal dalam area 5 LU dan 5 LS dalam peta bumi.dan untuk diketahui hanya Indonesia yang punya wilayah demikian,” ujarnya.
Ditambahkan, “Ada beberapa negara lain yang berada pada kordinat tersebut, sebut saja negara di Afrika. Tetapi sawit tidak bisa tumbuh disana sebab daerah yang berada di dalam koordinat tersebut merupakan daerah pegunungan tinggi, jadi tak cocok,” terangnya.
Lebih jauh, jika fokus membangun industri sawit, maka ada potensi hingga Rp. 5.000 trilyun pertahun yang bisa diraup Indonesia.
“Jika sudah demikian, saya kira Indonesia bisa dibebaskan dari hutang-hutang yang membebani kita selama ini. Belum lagi kita bicara potensi laut Indonesia yang sangat besar. Tinggal bagaimana memaksimalkan potensk itu untuk mendatangkan pemasukan negara sehingga cash flow kita bukan lagi defisit tapi surplus,” ucapnya. (bersambung)