Payakumbuh — Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Dihubungi beberaoa waktu lalu, Ketua TP-PKK Kota Payakumbuh Henny Riza Falepi mengatakan masalah gizi dan kesehatan bisa dicegah sejak dini. Caranya dengan memberikan edukasi pada remaja dan dilingkungan keluarga tentang bahaya kekurangan gizi dan nutrisi.
“Saya meyakini edukasi remaja dan ibu adalah sebuah terobosan karena peningkatkan pengetahuan gizi sebelum memulai keluarga akan berkontribusi pada kesadaran akan kesehatan ibu dan anak di masa penting dalam kehidupannya, termasuk memutus rantai persoalan stunting,” ujarnya.
Henny menambahkan salah satu upaya pencegahan Stunting di lingkungan keluarga adalah membuat taman gizi keluarga di pekarangan rumah masing-masing.
“Mulai hari ini khususnya bagi masyarakat Kota Payakumbuh mari lakukan dengan mengisi taman-taman pekarangan dengan tumbuhan sayur dan buah-buahan. Dan kita jaga tumbuh kembang bayi dan anak dengan makan pola sehat, karena persoalan ini harus bisa kita cegah secara dini,” pungkasnya.
Ditemui ditempat berbeda, Kepala Dinas Kesehatan Bakhrizal mengatakan terbatasnya pengetahuan perempuan tentang pentingnya persiapan gizi saat hamil menjadi tantangan dalam program pengentasan Stunting di Indonesia. Padahal, 1.000 hari pertama kehidupan merupakan fase penting dalam perkembangan otak dan tubuh anak.
“Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan Stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih,” ujar Bakhrizal.
Karena itu, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat terutama di lingkungan keluarga.
“Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selain itu juga dipengaruhi juga oleh pola asuh yang kurang baik terutama pada aspek perilaku, terutama pada praktek pemberian makan bagi bayi dan balita,” tambahnya.
“Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi anak,” pungkasnya.(*)