Dinkes Pastikan Tidak Ada Kasus Stunting di Payakumbuh

156

Payakumbuh — Pemerintah kota Payakumbuh memastikan tidak ada kasus stunting pada balita di kota setempat berdasarkan penelusuran yang dilakukan petugas kesehatan sepanjang 2019.

Kepala Dinas Kesehatan kota Payakumbuh Bakhrizal saat ditemui Rabu (15/1), mengatakan seorang anak bisa dikatakan stunting apabila pertumbuhan dan perkembangannya terkendala.

“Artinya, kalau hanya pertumbuhan anak yang terkendala tapi perkembangannya normal, anak itu belum dapat dikatakan stunting,” ujarnya.

Diakuinya, di Payakumbuh masih ditemukan sejumlah bayi dan balita yang bertumbuh pendek. 

Ia mengatakan, sampai 28 November 2019 terdapat 8,3 persen atau 814 dari 9.800 bayi dan balita di Payakumbuh tidak memiliki pertumbuhan yang normal atau lebih pendek.

“Bayi dan balita yang 8,3 persen itu memiliki tinggi badan yang lebih pendek tidak sama dengan seusianya,” ujar Bakhrizal.

Dirincikannya, angka anak yang sangat pendek di kota tersebut sebanyak 125 orang, dan anak yang pendek sebanyak 689 orang. Namun, tidak semua bayi dan balita yang pendek merupakan anak yang stunting. 

“Anak pendek itu merupakan ciri yang dapat dikenali di awal. Dengan melihat tubuh pendek itu kita dapat melakukan pencegahan agar anak tidak stunting,” kata dia.

Oleh karena itu, delapan puskemas yang ada di Payakumbuh harus melakukan pendataan terhadap anak yang pendek. Sehingga dapat dilakukan pencegahan dengan melaksanakan intervensi.

Intervensi yang dilakukan itu, katanya, seperti mencukupi asupan gizi ibu dan anak, serta rutin melakukan pemantauan berat badan dan tinggi badan secara teratur kepada anak.

Tidak hanya itu, intervensi yang dilakukan Pemkot Payakumbuh juga melibatkan instansi terkait lainnya, seperti Dinas Sosial dan instansi lainnya. 

“Semua bergerak, misalnya bayi tersebut terganggu pertumbuhannya karena tempat tinggal yang tidak layak dan nanti instansi terkait akan mencarikan solusinya,” sebutnya.

Setelah itu, tidak terdapatnya angka stunting di Payakumbuh juga tidak terlepas dari kecukupan gizi ketika masa kehamilan. 

“Untuk tahun 2020 ini kami optimis agar semua permasalahan terkait pertumbuhan bayi dan balita di kota Payakumbuh akan menjadi seminimal mungkin bahkan ditiadakan, Disini peran dari puskesmas dan posyandu. Bagaimana memastikan ibu hamil mendapatkan kecukupan gizi,” pungkas Bakhrizal.

Sementara itu, Bunda PAUD kota Payakumbuh Ny. Henny Riza Falepi saat dihubungi tim Humas, mengatakan  selain berperan membentuk generasi Payakumbuh berkualitas sedari dini, PAUD di Payakumbuh juga diarahkan untuk pencegahan stunting.

“Kita mensosialisasikan upaya pencegahan stunting kepada para Bunda PAUD di Kecamatan dan Kelurahan”,ujar Henny.

Henny mengatakan penanganan stunting merupakan salah satu fokus Pemerintah Payakumbuh di bidang kesehatan. Menurutnya, angka stunting yang ada di Payakumbuh akan mengancam kualitas sumber daya manusia di masa depan.

“Tentu saja kualitas yang dimiliki guru PAUD akan memberikan kemudahan dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat, terutama bagi orang tua anak didik agar melakukan pola asuh yang benar. Oleh karena itu, wadah PAUD juga kita gunakan untuk pencegahan stunting,” pungkasnya.