PAYAKUMBUH — Menurut data dari Badan Nasional Penanggulan Teroris (BNPT) Republik Indonesia bahwa intoleran dan radikalisme lebih gampang masuk ke dalam dunia perempuan atau disebut rentan terhadap paham radikalisme dan intoleransi. Dan oleh karna itu, melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sumatra Barat, BNPT menggelar acara seminar Perempuan Teladan Optimis dan Produktif (TOP) di gedung SKB, kelurahan Balai Jariang, kecamatan Payakumbuh Timur, Tabu (6/10).

Dibuka langsung oleh Pj. Walikota Payakumbuh Rida Ananda yang diwakilkan Asisten III bidang Administrasi Umum Ifon Satria Chan, dan dihadiri langsung Direktur Pencegahan BNPT R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM dan Ketua FKPT Provinsi Sumatra Barat Adil Mubarak, SIP, M. Si, seminar yang mengusung tema ‘Perempuan TOP Viralkan Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme’ yang bertujuan untuk kaum hawa. Bertindak sebagai narasumber yakni Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. R Akhmad Nurwakhid, akademisi Fisip Unpad Dina Yulianti Sulaiman dan Ramadeli, Kabid Perlindungan Perempuan di Dinas Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sumatera Barat dan menghadirkan peserta dari seluruh unsur organisasi serta profesi wanita/perempuan, KNPI bidang perempuan di Limapuluh Kota dan Payakumbuh.

Pj. Walikota Payakumbuh Rida Ananda dalam sambutannya sampaikan apresiasi kepada FKPT dan BNPT yang telah memilih Payakumbuh sebagai lokasi dilaksanakan kegiatan seminar bagi kaum hawa.

“Kota Payakumbuh berada di jalur perlintasan, arus orang, barang dan jasa berlalu-lalang di kota ini dari ujung utara Sumatera ke ujung selatan Sumatera. Maka kami menyadari juga jika berbagai pergerakan dan paham-paham yang merusak. Tatapi kami berada pada barisan yang sama dengan BNPT-FKPT untuk melawan semua paham-paham seperti radikalisme dan intoleransi melalui semua OPD yang terkait,” kata Asisten III bidang Administrasi Umum Ifon Satria Chan mewakili Pj. Walikota Payakumbuh Rida Ananda.

Dalam kesempatan tersebut, Ifon sapaan akrab Asisten III walikota itu turut menyampaikan bahwa tantangan nyata yang dapat merusak keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia saat ini ialah radikalisme dan terorisme.

“Radikalisme dan terorisme tidak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa serta menciptakan rasa takut dimasyarakat, tetapi juga telah mengoyak keutuhan berbangsa dan bernegara, karena membuat kita saling curiga dan saling memusuhi,” ulas Ifon.

Menurutnya, ancaman terbesar saat ini yang harus kita pahami bersama ialah radikalisme dan terorisme. bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang mengerikan, tetapi justru serangan propaganda yang secara massif yang menyasar pola pikir dan pandangan masyarakat, dan itulah yang lebih berbahaya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, terkait akan pilihan FKPT Sumbar untuk memilih kaum perempuan sebagai kelompok sasaran sosialisasi itu sangat tepat. Kaum perempuan memang sering menjadi sasaran oleh para perekrut, karena dianggap mudah diindoktrinasi,” kata dia.

“Kegiatan program perempuan top menyuarakan perdamaian ini menjadi sangat penting agar perempuan dan ibu ibu dapat mencegah gejala radikalisme dan terorisme sejak dini serta turut menghimbau semangat perdamaian dalam kehidupan sehari hari,” lanjut Ifon.

Tak lupa di akhir sambutan Ifon menyampaikan pesan kepada seluruh peserta agar bisa berperan aktif untuk memerangi terorisme dan radikalisme yang bukan tanggungjawab BNPT dan pemerintah saja, akan tetapi menjadi tanggungjawab bersama.

“Pj. Walikota Payakumbuh Rida Ananda ucapkan maaf atas tidak visa hadir langsung dikarnakan berhalangan hadir karna ada agenda kerja luar daerah yang tak bisa diwakilkan,” tukas Ifon.

Terkait dengan pencegahan Radikalisme dan Intoleransi, BNPT akan mendapatkan payung hukum dengan dikeluarkan Intruksi Presiden (Inpres) terhadap Gerakan Nasional Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi.

“Kini kita sedang menunggu terbitnya Inpres tersebut, agar upaya pencegahan dan penanggulangan atas akibat radikalisme dan intoleransi bisa dilakukan dengan payung hukum yang kuat,” kata Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid dalam sambutannya selaku Direktur Pencegahan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Menurut Nurwakhid, Radikalisme, terosisme, extremisme, wahabisme, liberalisme, kapitalisme, komunisme, marxisme, leninisme, khilafahisme, intoleransi dan sejenisnya, telah membuat berbagai negara di dunia terpecah-belah dan hancur-hancuran.

“Soal komunisme, marxisme, leninisme, dan hal-hal yang berbau kiri, sudah selesai dengan Tap MPRS 25 tahun 1966. Tetapi hal-hal yang baru, seperti radikalisme, intoleransi, ekstrem kanan belum mendapat payung hukum yang kuat seperti pemberlakuan larangan komunisme, marxisme dan leninisme,” kata Nurwakhid.

Menghargai dan mengarusutamakan keberagaman atau kebinekaan menurutnya adalah jalan tengah paling baik untuk menghindari perpecahan dan permusuhan terutama karena hanya berbeda keyakinan dan aliran.

“Founding father kita sudah mengamanatkan tentang pentingnya kesatuan dan persatuan itu. Persatuan itu akan diperoleh apabila ada saling menghargai diantara keberagaman yang ada,” kata dia.

Ia juga memesankan bahwa tuduhan bahwa Islam adalah dekat dengan radikalisme dan terorisme adalah sebuah fitnah untuk Islam.

“Tidak benar Islam adalah inheren dengan radikalisme dan terosisme. Justru Islam melarang radinalisme apalagi terorisme. Karena Islam itu adalah rahmatan lil alamin,” ujar jenderal bintang satu itu.

Bahkan, menurut Nurwakhid, radikalisme dan terorisme tidak terkait dengan agama apapun di dunia ini.

Sementara itu, Ketua FKPT Sumbar Adil Mubaraq pada kesempatan itu katakan bahwa tahun 2020 akan ada lima kegiatan pada lima bidang di FKPT. Ini adalah kegiatan yang ditujukan untuk kaum perempuan. Kenapa perempuan? karena perempuan termasuk yang rentan ditulari paham radikalisme yang pada akhirnya menjurus pada aksi terorismme juga,” kata Adil Mubaraq.

Selalu dibuka secara resmi Pj. Walikota Payakumbuh Rida Ananda, seminar yang membahas tema tentang peran perempuan dalam mencegah terorisme dan radikalisme dilanjutkan dengan masuk ke acara inti berupa pemaparan dari para narasumber untuk menyampaikan materi terhadap pencegahan radikalisme dan intoleransi.