Payakumbuh — Dimasa pandemi, Para pakar berpendapat sekolah harus punya strategi dan sistem pendukung agar siap menyelenggarakan belajar tatap muka yang aman di masa belum selesainya pandemi COVID-19.
Wacana dibukanya sekolah tatap muka pada awal Juli menimbulkan berbagai dilema di masyarakat, utamanya karena pandemi COVID-19 belum usai. Kasus harian COVID-19 yang melonjak tajam justru mengharuskan pemerintah melakukan PPKM Mikro di wilayah tertentu.
Data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Payakumbuh per hari ini (12/7) menunjukkan kasus konfirmasi positif dimana yang di rawat dan isolasi mandiri menjadi 123 orang.
Namun, berdasarkan surat keputusan bersama empat menteri yang disahkan Maret lalu, sekolah tatap muka terbatas akan dilakukan secara bertahap dengan kapasitas maksimal 50% dan dilakukan dua kali seminggu dengan protokol ketat dan izin orang tua.
Antara setuju dan cemas
Rencana ini sontak mendapatkan berbagai reaksi berbeda dari para orang tua murid. Sebagian orang tua menyambut baik pembukaan sekolah tatap muka. Namun sebagian lagi masih menolak rencana tersebut dan mengaku khawatir.
Hal serupa juga dituliskan oleh Bunda PAUD Kota Payakumbuh Henny Riza Falepi di Akun Facebooknya, Senin (12/7)
Henny mengatakan Hari pertama tahun ajaran baru di Payakumbuh, sekolah kembali daring. Banyak pihak yang kecewa, karna beberapa pekan terakhir Kota Payakumbuh sudah berada di zona kuning.
Ditambahkan, Kondisi yang memprihatinkan di Jawa dan Bali cukup menjadi alarm bagi kita untuk lebih waspada. Peningkatan kasus yang cukup tinggi yang mengakibatkan RS overcapacity, banyak pasien covid berat yg akhirnya tidak bisa dirawat di Rumah Sakit, kekurangan suplai oksigen dan stok obat-obatan. Bertubi-tubi berita kematian di lingkungan sekitar, kadang dalam satu RW ada berapa orang yang meninggal dalam waktu dekat. Suara ambulan hilir mudik membawa pasien atau jenazah.
“Jika ada pertanyaan Itu kan di Jawa, bukan di Payakumbuh ?
Emang sejauh apa sih pulau Jawa itu, gak nyebrang samudra juga. mulai hari ini saja 3 kota di Sumbar diberlakukan PPKM darurat kok, artinya ada peningkatan kasus yang signifikan. Apa tidak cukup untuk membuat kita waspada?,” Ujar Henny di beranda Facebooknya.
“Tolong pikirkan juga orang lain yang tidak seberuntung anda. Berapa banyak yang kehilangan saudara, bahkan beberapa orang sekaligus dalam waktu yang berdekatan. Pikirkan juga nakes yang sudah kelelahan, banyak yang terpapar dan bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia.
Saat kondisi darurat Pandemi Covid 19 kesehatan dan nyawa manusia lebih diprioritaskan. Bukan berarti pendidikan tidak penting, tapi untuk saat ini peran orang tua sebagai penanggung jawab utama pendidikan anaknya harus lebih diperkuat lagi.
“Jadi yang perlu dipahamkan orang tuanya, bagaimana anak tetap bisa belajar walau daring, sebagai orang tua kita harus berinovasi dan membuat pembelajaran dirumah menjadi lebih menarik, agar proses belajar mengajar tetap terlaksana meski hal tersebut dilakukan dari rumah,” Terang Henny
Henny juga menjelaskan dalam kondisi tak normal seperti sekarang, semua pihak harus lebih berlapang dada, saling bantu. Jangan saling kecam atau menyalahkan justru malah membuat semakin jauh dari rahmat Allah.
“Urusan covid tidak akan selesai hanya oleh pemerintah, tapi butuh dukungan dan kerjasama kita semua. Urusan covid juga tak cukup diselesaikan dg bertawakal saja, karna Allah pun memerintahkan kita untuk berikhtiyar dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,” Pungkasnya