PAYAKUMBUH — Jalan Tol Pekanbaru-Padang baru selesai pengerjaannya dari Pekanbaru hingga Bangkinang, dari Padang baru sampai Sicincin dikerjakan, sementara itu dari Sicincin ke Bangkinang yang melalui Bukittinggi dan Limapuluh Kota atau yang di luar itu belum ada.
Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi, saat diwaancara media, Senin (27/12), berharap jalan tol itu meskipun tak kelar seluruhnya, namun bisalah sampai ke Koto Baru, rencananya jalan tol baru akan diselesaikan untuk Pekanbaru-Pangkalan dan Sicincin-Padang. Riza meminta Presiden agar bisa menambah ruas tol Payakumbuh-Bukittinggi-Koto Baru.
Mengapa ruas ini diprioritaskan? Riza menjelaskan ini terkait dengan konsep kawasan wisata strategis Bukapalipatar. Sejumlah Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat, membentuk satu kerjasama kawasan yang diberi nama Bukapalipatar yang digagas oleh Alumni SMAN 1 Bukittinggi, yang diambil dari singkatan nama daerah Bukittinggi, Agam, Payakumbuh, Limapuluh Kota, Padang Panjang, dan Tanah Datar.
Untuk sementara, kata Riza, sebelum jalan tol menyambung keseluruhan, maka perlu dikerjakan segmen yang lebih mudah dan tidak berbiaya tinggi dahulu. Seperti jalur yang melewati Kelok Sembilan dan Lembah Anai tentu membutuhkan terowongan dan sebagainya.
“Ruas sekitar Lembah Anai dan sekitar Kelok Sembilan bisa 3-4 kali ruas biasa, biarlah itu nanti saja setelah tol yang sekarang sudah untung dan itu yang paling terakhir diekseskusi dalam pembuatan jalur tol,” kata Riza Falepi.
Kenapa Riza sangat bersikukuh untuk ini, apa kaitannya dengan tol sementara tidak melewati Kota Payakumbuh yang dipimpinnya?
Riza menyampaikan alasannya menginginkan akses jalan tol ini karena selama ini beberapa ruas jalan di Sumbar kondisinya kalau tidak macet, ya jelek. Apabila ada jalur tol Payakumbuh-Bukittinggi-Koto Baru, kalau ini selesai, maka persoalan wisata juga selesai.
Kemudian, jelas Riza, dengan adanya Tol Payakumbuh-Koto Baru ada akses ke Bukittinggi dan akses ke dari Baso ke Batusangkar, ini mengatasi persoalan jalan yang kecil seperti antara Payakumbuh-Batusangkar, Bukittinggi-Batusangkar, maupun Padang Panjang-Batusangkar.
“Persoalan jalan untuk sementara bisa diselesaikan dulu. Kita berharap gubernur bisa memperjuangkan kepada presiden agar menjadikan jalan ini sebagai program pertama dari Bukapalipatar, sementara program budaya dan segala macam sudah banyak pihak yang bisa mengerjakan,” kata Riza.
Jadi, sebut Riza, dia meminta ini jadi program utama dulu sebelum program lain. Kalau hotel bisa swasta membuatnya. Dia menambahkan, di Sumbar pusat tempat wisata bisa dikembangkan, tapi syaratnya ini (akses jalan) dulu harus mendukung.
“Mohon kiranya perhatian Presiden Jokowi dan perhatian Gubernur Mahyeldi agar memprioritaskan jalan Batusangkar, Payakumbuh, dan Bukittinggi sehingga 3 daerah ini menjadi pusat pertumbuhan wisata baru, karena satu kesatuan wisata yang tak bisa dipisahkan. Payakumbuh kaya secara kuliner tapi hotelnya kurang, maka dicover oleh Bukittinggi. Tempat wisata yang ada di Bukittinggi bisa dilebarkan servicenya ke Payakumbuh dan Batusangkar,” kata Riza.
Ditambahkan Riza, dengan akses jalan yang baik, hanya cukup satu hari orang sudah bisa berjalan-jalan dengan paket wisata yang jadi murah tapi kontinuitasnya intens.
“Tadinya orang ke Sumbar sekali setahun maka bisa sekali sebulan. Sasaran kita yang pertama adalah orang minang di rantau seperti Jabodetabek, Riau, dan Batam. Mereka yang berpeluang sering pulang dan berwisata. Kita harapkan bisa 7 kali setahun, tak sekali setahun lagi,” kata Riza.
Riza juga menyebut dia bisa mencarikan investor kalau perlu. “Selama ini kan investornya HKI secara penugasan, tapi saya bisa juga mencarikan peluang,” tukuknya.
Di akhir wawancaranya, Riza berharap ruas jalan tol Pangkalan sampai Sicincin jangan ditunda semua, kalau bakal menjadi batal berkepanjangan orang nanti malas ke Sumbar.
“Masyarakat Riau adalah wisatawan lokal yang menjanjikan. Payakumbuh merasakan manfaat orang berwisata kuliner ke kota randang. Kalau bisa buat jalan tol segmen tambahan sebagai cara mempercepat pertumbuhan pariwisata Sumbar, maka dengan sendirinya gubernur tak capek mencari pertumbuhan ekonomi baru, saya yakin dengan adanya jalan ini sudah bisa menggerakkan ekonomi kita,” kata Riza.
Sementara itu, Ketua Umum Alumni SMAN 1 Bukittinggi Indrajaya Putra Januar saat dihubungi via telepon seluler menyampaikan meski Bukapalipatar tak digagas untuk konteks tol saja, tapi lebih kepada pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur yang ada di daerah terkait di dalamnya.
“Masyarakat Sumbar sangat berkeinginan adanya percepatan pembangunan infrastruktur,” ujarnya.
Kerjasama kawasan ini sambung Indrajaya Putra Januar, fokusnya adalah untuk pembangunan infrastruktur yang terintegrasi seperti jalan, jembatan, pembuangan sampah, saluran air minum, drainase dan pembangunan sarana dan prasarana lainnya, yang penting adalah adanya kerjasama antar kota kabupaten dengan cara win-win solution.
“Potensi anggaran yang dibutuhkan sangat besar yang harus dihitung bersama dalam masterplannya dan semuanya itu akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari pemerintah pusat, karena kita semua sadari bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumatera Barat relatif kecil,” jelasnya.
Indrajaya Putra Januar menambahkan, target yang ingin dicapai tentunya agar terjadi sinergi seluruh potensi wisata yang ada di Bukapalipatar dengan konsep saling menguntungkan bagi semua daerah.
“Prinsip Keuntungan Kawasan juga merupakan kepentingan regional dan nasional. Diharapkan Bukapalipatar bisa menjadi destinasi pariwisata prioritas di Indonesia,” ungkapnya.
Program kerjasama kawasan ini memiliki segudang target pembangunan mulai dari pembangunan ekonomi, infrastruktur dan pariwisata serta sektor unggulan lainnya.
“Konsep ini diusulkan sejak 2014 lalu ke Kementerian PUPR, tetapi denyutnya baru terlihat pada awal tahun 2021 ini. Untuk melihat seperti apa program rintisan Alumni SMA 1 (IASMA) Landbouw Bukittinggi berjalan seperti sekarang,” tukasnya.
Terkait kehadiran tol, Indrajaya tak menampik kalau secara pendekatan kepada pembangunan juga akan membantu akses jalan penghubung antar kota/kabupaten, artinya bisa mengurangi kemacetan seperti biasa terjadi di kawasan jalan lintas di Sumbar.
“Tol memang sudah dikonsep pemerintah dari Padang-Pekanbaru, bila pun melalui jalan di Bukapalipatar, secara fungsinya sangat bagus. Meski sampai kini membangun tol sulit di daerah kita,” kata Indrajaya.
Dijelaskannya juga, dalam konsep Bukapalipatar ini daerah seyogyanya punya bandara sehingga orang bisa mengakses kota/kabupaten tanpa harus ke bandara di Kota Padang.
“Kalau ini bisa dioptimalkan, ada sinergi pariwisata dengan dukungan infrastruktur yang layak, sehingga terintegrasi. Meski yang kita usulkan di awal bukan tol, tapi pembangunan terintegrasi, mengurai macet seperti di Koto Baru, tetapi kebutuhan daerah di Bukapalipatar bisa terpenuhi dengan konsep pengawasan terpadu,” ungkapnya.