PAYAKUMBUH — Dengan mengusung tema “Relevansi Pemikiran Mohammad Natsir dalam Membangun Daerah Saat Ini”, Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi laksanakan kuliah umum dalam bentuk Webinar Dialog kebangsaan dengan salah satu pembicara Walikota Payakumbuh Riza Falepi. Rabu (8/9)
Walikota Riza Falepi diawal mula paparannya sampaikan tiga pilar utama terhadap pemikiran Mohammad Natsir, yakni pemikiran Islam, konsep kebangsaan dan kesahajaan.
Terhadap pilar pertama tentang pemikiran Islam, walikota Riza Falepi sampaikan bahwa Islam bukan hanya tentang ibadah saja, tetapi juga mencakup kedalam seluruh aspek kehidupan.
“Dalam membangun bangsa ini, Natsir amat sadar bahwa saat negara ini merdeka, ada tantangan ideologi baru yang mengancam negara, yakni sekularisme dan komunisme. Dan dengan kedua ideologi ini terlihat jelas hendak mengancam dasar negara kita yakni Pancasila yang sudah jelas pro terhadap agama di Indonesia”, ungkap Riza.
Kriteria kepemimpinan yang dimiliki sosok Mohammad Natsir sangat dibanggakan walikota yang menyandang gelar Datuak Rajo Kaampek Suku itu.
“Selama memimpin, sosok Natsir memiliki kemampuan leadership dan teamwork yang solid dalam mengemban tugasnya. Dan jika dilihat situasi saat ini, pada umumnya sudah bertolak belakang atas sikap yang seharusnya dimiliki Natsir ini, dimana dapat kita lihat sekarang sungguh banyak orang yang ingin menjadi pemimpin, tetapi yang memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin ini sudah sangat langka”, kata walikota Payakumbuh itu.
Lebih lanjut, terhadap pilar kedua tentang konsep kebangsaan, Riza katakan jika dengan Mosi integral Natsir 3 April 1950, menjelaskan bahwa Bukti sejarah yang tidak terbantahkan bahwa
Natsir adalah tokoh pemersatu bangsa.
Mosi integral Natsir sebagai prestasi gemilang dan monumental yang pernah dicapai oleh parlemen Indonesia. Natsir mampu menyatukan kembali Indonesia yang terpecah belah dalam pemerintahan negara-negara bagian atau federal buatan Van Mook menjadi NKRI yang kita kenal sekarang ini.
Menurut Riza dengan diterbitkan Mosi itu sebenarnya yang diperjuangkan Natsir ialah sebuah persatuan bangsa, bukan sekedar negara kesatuan. Tentu hal ini menjadi dasar terhadap persatuan (integration) menyangkut sikap (kejiwaan) setiap warga negara untuk merasa terikat dalam satu ikatan sebagai satu bangsa”, terangnya.
Kemudian terhadap pilar ketiga tentang kesahajaan, Riza katakan jika sosok Natsir saat mengemban jabatan dan kedudukan yang diberikan padanya tidaklah semerta-merta merubah sikap kesahajaan (kesederhanaan) yang telah dimilikinya.
Dalam pandangan Riza, Kesederhanaan telah menjadi karakter Natsir. Jabatan-jabatan mentereng yang didudukinya tidak menjadikan ia bergeser dari kebersahajaan.
“Dan pada masa sekarang, sikap kesederhanaan yang dimiliki Natsir ini terlihat sudah berkurang terhadap kepala daerah”, tukasnya.
Sebelum mengakhiri paparannya, walikota dua periode itu berharap semoga melalui kegiatan webinar ini dapat mengingatkan semua kepala daerah, terutama terhadap saya sendiri untuk dapat menauladani sifat dan sikap dari para pemikir bangsa sebelumnya, terutama Mohammad Natsir yang telah membangun dan mendirikan bangsa kita sampai seperti saat ini”, tandasnya mengakhiri.