HumasKominfo — Pada periode pemerintahan kedua, Riza berpasangan dengan Erwin Yunaz dengan fokus kerja pembenahan bidang ekonomi sesuai dengan janji kampanyenya pada Pilkada 2017. Inovasi ekonomi dimulai dengan mendeklarasikan Payakumbuh sebagai Kota Rendang. Pengembangan produk rendang diyakini memiliki efek daya ungkit yang besar untuk membangun ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Payakumbuh.
Deklarasi tersebut tentu bukan sekedar klaim. Sebelumnya Payakumbuh sudah punya 43 IKM rendang yang 40% tersentralisasi di Kampung Rendang Lamposi. Produksi rendang IKM Payakumbuh bahkan sudah mencapai 1 ton per hari.
Kondisi itu didukung dengan semua bahan baku rendang tersedia di Payakumbuh. Mulai dari ketersediaan daging, cabe khas Payakumbuh yaitu cabe Kopay, hingga kelapanya. Kelapa Payakumbuh memiliki kelebihan dibandingkan kelapa daerah lain dimana kandungan santannya yang cenderung mengeluarkan lebih banyak minyak. Hal itu tentu menambah cita rasa rendang Payakumbuh itu sendiri. Semua itu dipandang Riza sebagai opportunity yang harus digarap serius.
Riza berpikir keras bagaimana caranya skala bisnis rendang ini semakin besar dan bisa berproduksi dalam jumlah massal. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut. Mulai dari pembangunan Gedung Sentra IKM Rendang, persiapan BUMD peternakan sapi, pemanfaatan rumah potong hewan bertaraf internasional, teknologi retouch, hingga pengadaan mesin vertical packaging.
Dari segi marketing, produk rendang diliterasikan menjadi video dan buku. Buku rendang Payakumbuh dibuat dua bahasa yaitu Indonesia-Inggris dan Indonesia-Arab. Targetnya akan dijadikan 7 bahasa ditambah Indonesia-Mandarin, Indonesia-Jepang, Indonesia-Korea, Indonesia-Prancis, dan Indonesia-Spanyol. Itu semua diliterasikan dengan tujuan untuk disebar ke seluruh dunia agar rendang Payakumbuh semakin dikenal pasar internasional.
Selain itu, para pengusaha rendang juga difasilitasi untuk mengikuti ekspo baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beberapa waktu yang lalu, Riza membawa sejumlah pengusaha rendang Payakumbuh untuk mengikuti ekspo di Jeddah, Arab Saudi. Di sana, Rendang Payakumbuh dipresentasikan dengan penyajian yang baik, mulai dari segi ingredient, kandungan nutrisi, cara pengolahan, hingga kemasan yang baik, sehingga mereka memahami bahwa wajar rendang diakui sebagai makanan terlezat di dunia.
Ekspo tersebut membuahkan hasil. Pengusaha Arab tertarik untuk membangun kerja sama dengan pengusaha rendang Payakumbuh. Penandatanganan kesepakatan bisnis antara keduanya dilakukan di KJRI Jeddah, 27 Januari 2019. Melalui transaksi business to business itu, Payakumbuh dipastikan bakal mengekspor 20 ton rendang ke Arab Saudi.
Semua inovasi itu dilakukan Riza demi kebangkitan daerah yang dipimpinnya agar bisa beradaptasi dalam dunia yang terus berkembang cepat dan dinamis. Dia punya pemikiran tentang model pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang berangkat dari sumber daya yang ada di daerah itu sendiri. Sebab, setiap daerah mempunyai keunggulan dan kelebihannya masing masing. Untuk menjadi sejahtera, daerah itu sendiri yang harus menemukan caranya dan berdaya saing unggul.
Visinya adalah model pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Visi yang sangat sulit untuk diwujudkan suatu daerah. Ini hanya bisa direalisasikan bila suatu daerah berada pada kepemimpinan yang tepat dalam mewujudkan kerangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).
Pertanyaannya, seperti apakah kapasitas minimum seorang pemimpin yang bisa mewujudkan visi itu? Pertama, pemimpin itu memiliki kepribadian yang kuat dan pantang menyerah untuk menghadirkan visinya dan digaungkan terus kepada semua pemangku kepentingan di daerah tersebut. Pemimpin yang mampu menjadi pelita bagi masyarakat sehingga masyarakat di daerah itu sadar bahwa mereka memiliki kekuatan untuk merubah diri dan ikut menjadi pemain global.
Kedua, pemimpin yang memiliki daya kohesifitas untuk memastikan semua personil dan pemangku kepentingan bisa memahami visinya, sehingga bisa bergerak dalam ritme kerja yang relatif tinggi, efektif, dan efisien.
Ketiga, memiliki kapasitas dan aksesibilitas kepada sumber-sumber keuangan. Bukan pemimpin yang hanya bisa menghabiskan APBD namun tidak bisa mencari sumber anggaran dan sumber daya untuk kemajuan daerahnya. Melainkan pemimpin yang bisa mengakses sumber keuangan baik itu dari komunitas bisnis lokal maupun global, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Ketiga kriteria tersebut kiranya ada pada diri seorang Riza Falepi. (Tamat)