HumasKominfo — Wakil Walikota Payakumbuh menghadiri launching sekaligus menjadi narasumber dalam program baru Radio Safasindo 98.2 FM, yaitu Marandang atau singkatan dari MA Ota RingAN Dan bincang-bincang. Acara berlangsung di Studio Safasindo, Jl. Prof. Hamka Kaniang Bukik, Payakumbuh Utara, Selasa (3/9).
Tema yang diangkatkan dalam gelaran perdana Marandang tersebut adalah Payakumbuh City Randang. Tema ini dipilih sebagai apresiasi Radio Safasindo terhadap upaya Pemerintah Kota Payakumbuh yang telah menetapkan Randang sebagai Branding baru Kota Payakumbuh.
Dalam dialog yang dipandu Presenter Dewi tersebut, Wakil Walikota didampingi oleh beberapa narasumber lain yaitu Kadis Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Payakumbuh Wal Asri, Owner Dapur Rendang Riry Haris Budiman, dan Akademisi Budi Febriandi.
Diawal paparan, Wakil Walikota Erwin Yunaz menjelaskan historis/sejarah dicanangkannya Payakumbuh sebagai Kota Randang. Dikatakan, Kota Payakumbuh sebelumnya dikenal dengan kota singgah dan kota yang memiliki banyak potensi kuliner.
“Kita mencari produk lokal yang bisa menciptakan percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan punya daya ungkit yang kuat. Maka kita coba gali potensi kita, dapatlah sektor UMKM, dan digali lagi, maka ketemu kuliner dan digali lagi maka ketemu lah randang dimana kita punya kampung rendang dan juga puluhan IKM randang,” beber Wawako Erwin.
Ditambahkan, ditetapkannya Payakumbuh oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagai region rendang kemudian pengakuan UNESCO yang menyatakan rendang sebagai makanan terlezat didunia menjadi alasan tambahan mengapa Rendang dipilih sebagai branding baru kota.
“Kita tidak sekadar klaim, tetapi menindaklanjuti dalam berbagai kebijakan, salah satunya membuat literasi berupa buku dan video.
Kalau ini tidak kita literasi, maka budaya ini akan kita turunkan kepada siapa, sebab dari pengamatan kami sebagian besar wanita minang dibawah usia 30 tahun, banyak yang tidak bisa lagi marandang,” ujar Wawako Erwin.
Sementara Kadis Nakerperin menambahkan bahwa pasca deklarasi tahun lalu, pihaknya sudah langsung menindaklanjuti melalui sejumlah program kerja, salah satunya mendirikan sentra industri randang di Padang Kaduduak, Payakumbuh Utara.
“Kita telah miliki sentra industri rendang dengan bangunan bernilai 16 milyar. Kita juga telah bentuk unit pengelola khusus dan juga koperasi Payo yang berasal dari para pengusaha IKM Rendang. Alhamdulillah dari 43 pengusaha IKM randang yang terdaftar, sebanyak 23 sudah bernaung dibawah Koperasi Payo,” ungkap Wal Asri.
Kedepan, sentra IKM Randang akan membidik pasar yang lebih luas. Saat ini masih terkendala kelengkapan peralatan pengolahan yang masih menunggu pengadaan pada akhir tahun anggaran 2019 ini.
“Masuk ke pasar ekspor, membutuhkan persyaratan yang lebih tinggi. Kalau pasar lokal sudah terserap. Insyaallah tahun depan kita sudah bisa ekspansi pasar yang lebih luas,” terangnya.
Sementara Owner Dapur Rendang Riry Haris Budiman mengapresiasi langkah Pemko yang menetapkan Randang sebagai Branding Kota Payakumbuh yang baru. Menurutnya sejak ditetapkan sebagai Branding baru, omset penjualannya relatif meningkat dibanding tahun sebelumnya.
“Dengan ditetapkan sebagai branding baru, Alhamdulillah omset kami meningkat dan degan ada sentra yang dibuat oleh pemko maka kami pun bisa membuat produk yang lebih bersih, higienis dan standar lebih tinggi, sehingga kedepan konsumennya jauh lebih luas,” ujar Budi.
Sementara Akademisi Budi Febriandi, SP mengatakan momentum Pemko Payakumbuh menetapkan Randang sebagai branding kota yang baru sangat tepat. Dirinya melihat Randang punya potensi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Payakumbuh.
“Jika dilihat kebelakang, Payakumbuh pernah dijuluki kota galamai, kota batiah dan juga kota biru. Diperjalanan waktu agak monoton dan belum punya dampaknya terhadap ekonomi yang kuat. Maka momentum deklarasi rendang tepat sekali, ketika dunia mengakui rendang sebagai makanan terenak di dunia, Payakumbuh langsung menetapkan Randang sebagai ikon kotanya. Respon Pemko Payakumbuh yang luar biasa ini perlu kita apresiasi,” terangnya.
Budi berpesan agar penetapan Randang sebagai branding kota yang baru bisa menjadi trigger bagi pertumbuhan produk IKM lain yang banyak dimiliki Payakumbuh.
“Randang ini harusnya hanya sebagai trigger saja buat perkembangan IKM IKM yang lain, kita berharap produk IKM Payakumbuh lain juga akan mendunia ketika randang sudah dikenal luas hingga mancanegara,” pungkasnya.(*)