Pacu Itiak, Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Simak Sejarahnya

513

Payakumbuh — Pacu Itiak atau yang biasa dikenal sebagai Pacu Terbang Itiak merupakan salah satu permainan anak nagari di Kota Payakumbuh telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada sidang yang di gelar secara virtual di Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, 6-9 Oktober 2020. Dimana Sumatera Barat menghadirkan 8 karya budaya yang disidangkan.

Berdasarkan penuturan Gemala Ranti, kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar yang didampingi oleh Aprimas Kabid Warisan budaya dan Bahasa Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, sebenarnya Provinsi Sumbar mengusulkan 34 karya budaya, tapi hanya 8 karya budaya yang dapat disidangkan tahun ini, dimana 6 karya budaya disidangkan tanpa catatan dan 2 karya budaya disidangkan dengan catatan.

Pada acara Sidang penetapan, Kepala Dinas Provinsi Sumatera Barat didampingi oleh tim ahli WBTB sumbar yang diketuai oleh Pramono dosen UNAND. Selama pemaparan 8 karya budaya tersebut juga dihadirkan maestro dari masing-masing karya budaya dan pendamping dari dinas yang membidangi kebudayaan di 8 daerah pengusul karya budaya.

8 karya budaya yang diusulkan tersebut salah satunya adalah Pacu Itiak dari Kota Payakumbuh dengan maestro yang hadir N.A Dt. Rajo Endah didampingi oleh Riswandi, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kota Payakumbuh beserta beberapa orang stafnya.

Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Erwin Yunaz Wakil Wali Kota Payakumbuh menemui langsung maesto Pacu itiak N.A Dt. Rajo Endah yang didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh yang dalam hal ini diwakili oleh Doni Saputra, Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Pacu Itiak.

Erwin Yunaz berharap dengan ditetapkannya Pacu Itiak ini sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia menjadikan kegiatan Pacu Itiak ini sebagai salah satu alat daya ungkit ekonomi masyarakat Kota Payakumbuh. Itu berarti juga Pacu Itiak sudah diakui secara nasional sebagai salah warisan budaya yang ada di Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat.

“Kedepan, berarti tugas kita adalah lebih menggiatkan kegiatan pelestarian untuk pacu itiak ini yang juga harus lebih bisa dikembangkan sehingga juga dapat meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat baik itu pelaku dan peternak itiak khususnya itiak pacu, maupun masyarakat yang ada di Kota Payakumbuh secara umum. Kegiatan pacu itiak bisa menjadi simbol keberhasilan panen dan peternakan sehingga kegiatan ini bisa menjadi pencerminan budaya dan ekonomi masyarakat Kota Payakumbuh,” ujar Erwin Yunaz.

Sejarah, Makna dan Filosofi yang Terkandung dalam kegiatan Pacu itiak bermula dari sejarah di tahun 1926 seorang petani bernama Burahan yang memiliki Itiak, tepatnya di Nagari Air Tabik Kelurahan Sicincin Mudik, Kecamatan Payakumbuh Timur.

Merasa heran dengan Itiak yang dimilikinya yang bisa terbang, padahal Itiak ini adalah Itiak petelur. Burahan mencoba memperhatikan Itiaknya dari hari kehari, selalu suka terbang dan terbang. Lalu Burahan menceritakan tentang Itiaknya yang bisa terbang ke teman-temannya yang lain. Namun tak ada satupun yang percaya. Keesokan harinya Burahan mengajak temannya itu ke sawah untuk melihat Itiaknya, maka terlihatlah kawanan Itiak yang terbang dari sawah ke sawah. Setelah itu, mereka mencoba mengambil Itiak dan menerbangkannya dari atas bukit.

Terdapatlah beberapa beberapa perbedaan dari bentuk, jenis, dan ciri-ciri Itiak yang bisa terbang tersebut, setelah Burahan dan temannya mencoba mengambil jenis Itiak yang lain dan diterbangkan. Ternyata jenis Itiak lain tidak bisa terbang, selain Itiak petelur.

Timbullah ide dari Burahan untuk menerbangkan Itiak tidak lagi di sawah, melainkan di jalan perkampungan masyarakat, ternyata Itiak tetap bisa terbang dengan baik. Burahan dan temannya mencoba mengadakan Pacu Itiak seadanya lalu mengenalkan kemasyarakat tentang kegiatan ini, tepat pada tahun 1928 dari hasil uji coba pacu Itiak dari atas bukit, dan dari sawah kesawah lalu dibawa ke jalan besar, maka diadakanlah lomba Pacu Itiak pada acara-acara besar yang ada di nagari, seperti Alek Nagari, Pernikahan, Batagak Rumah Gadang, dan alek nagari lainnya yang di iringi dengan pantun-pantun adat dan gurindam.

Pacu Itiak yang merupakan kegiatan rutin yang diadakan ditengah-tengah masyarakat merupakan tradisi yang digemari oleh berbagai kalangan, bukan hanya di Indonesia saja tradisi ini telah nikmati oleh warga negara asing yang ikut menyaksikan langsung kegiatan Pacu Itiak.

Pacu Itiak ini selain menyajikan hiburan juga memberikan makna penting pada pembelajaran nilai-nilai budaya seperti fokus pada tujuan, patuh pada perintah dan aturan, taat terhadap pimpinan, jujur, sabar, pandai membedakan, adanya nilai ekonomis untuk peternak Itiak dan masyarakat patriotisme, persaingan, kekeluargaan, kerjasama dan kekompakan.

Adanya proses yang dilalui untuk menjadikan Itiak sebagai salah satu icon kota Payakumbuh, juga memiliki makna penting dan sejarah yang harus dijaga dan dikembangkan.

Kedepannya Pacu Itiak ini tak hanya sebagai hiburan semata, juga akan dikembangkan untuk jangka yang lebih panjang dengan terorganisasi dengan baik, menciptakan lapangan kerja baru yaitu terbentuknya UMKM yang ada dimasyarakat terhadap penghasilan yang ekonomis: penjualan baju dengan beground Kota Payakumbuh dan Itiak, Rendang Itiak dan olahan usaha lainnya, serta adanya regenerasi yang akan melanjutkan tongkat estafet Pacu Itiak ini.