Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Payakumbuh akan mengeksplorasi keunikan dari Pacu Itiak yang merupakan salah satu tradisi Anak Nagari yang terdapat di Kota Randang.
Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Pacu Itiak atau Flying Duck Race masuk dalam daftar 35 iven pariwisata Sumbar pada 2020 ini.
Plt. Disparpora Kota Payakumbuh, Andiko Jumarel, menyebut, kesempatan itu akan dimaksimalkan pihaknya untuk memperkenalkan tradisi tersebut ke tingkat nasional dan internasional.
“Karena Pacu Itiak ini unik dan satu-satunya. Kita ingin menjadikannya sebagai salah satu daya pikat untuk wisatawan agar mau berkunjung ke daerah kita,” kata Andiko Jumarel saat dihubungi, Jumat (17/1).
Disebutkan, Pacu Itiak sendiri dimulai oleh para petani dan para pemuda sebagai hiburan untuk melepas penat setelah pulang dari sawah atau kebun. Tradisi Pacu Itiak diperkirakan sudah mulai digelar Anak Nagari semenjak ratusan tahun silam.
“Nah, ini jadi momentum kita untuk memperkenalkannya ke dunia, baik nasional maupun internasional, bahwa Payakumbuh memiliki tradisi unik yang tidak akan ditemukan di daerah lain,” terangnya.
Uniknya Pacu Itiak, lanjut Andiko, tidak saja dari sisi lombanya tapi juga bagaimana perawatan itik itu dilakukan.
“Tidak semua orang bisa menjadikan itik itu terbang. Perlu latihan khusus dan pola makan yang harus dijaga untuk kemudian digelar race-nya dengan berbagai kriteria dan aturan tertentu,” jelasnya.
Selama ini, Disparpora kota Payakumbuh memang terus berupaya untuk menjadikan Pacu Itiak sebagai daya pikat wisatawan. Hal itu terbukti dengan diselipkannya tradisi Anak Nagari itu dalam berbagai event nasional maupun internasional yang digelar di Kota Randang.
“Seperti pada gelaran Tour de Singakarak (TdS) kita selalu menampilkan Pacu Itiak. Selain itu, terhadap tamu-tamu tertentu kita juga menampilkan Pacu Itiak, seperti beberapa waktu lalu kita menerima kunjungan dari negara tetangga Brunei Darussalam,” pungkasnya.