Payakumbuh — Isu yang beredar selama ini tentang Kota Payakumbuh sebagai sarang narkoba ditepis oleh Kepala Badan Narkotika (BNN) Kota Payakumbuh, AKBP Sarminal. Dikatakan, dalam arsip penangkapan saat dirinya dinas di Polda Sumbar, Kasus Narkoba di Kota Payakumbuh yang banyak ditangkap justru warga luar Payakumbuh.
Hal itu diungkap AKBP Sarminal saat menggelar jumpa pers di Kantor BNN Kota Payakumbuh, Senin (23/12). Dikatakannya, Payakumbuh merupakan kota perlintasan, dimana menjadi pusat dari banyak persimpangan, maka wajar dijadikan lokasi transaksi dan pengedaran Narkoba.
“Yang menjadi pintu masuk adalah Kabupaten Limapuluh Kota, kita akui selama berdinas di Polda dulu memang lebih enak menangkap disini (Payakumbuh, red), karena akses dan wilayah kecil. Kalau sudah masuk ke Limapuluh Kota atau Agam, sudah susah karena wilayahnya luas,” kata Sarminal.
Ditambahkan Sarminal, arsip penangkapan atau pengungkapan kasus narkoba ini berdasarkan kepada wilayah hukum polres masing-masing. Polres Kota Payakumbuh senduri memiliki wilayah hukum bukan hanya Polsek Kota Payakumbuh saja, namun ada masuk juga beberapa polsek di wilayah pemerintahan Kabupaten Limapuluh Kota.
“Secara wilayah hukum, akhirnya pernah tereskpose ke atas adalah di Payakumbuh nomor dua terbesar peredaran narkoba, padahal untuk Kota Payakumbuh secara wilayah pemerintahan kita tidak menemukan data di arsip yang tertangkap menjadi bandar adalah warga Payakumbuh,” kata Sarminal.
Sarminal menyebut penangkapan pengedar atau bandar narkoba di Payakumbuh selalu mendapati pelakunya orang luar Payakumbuh, walaupun lokusnya di Kota Randang itu.
“Kalau di Payakumbuh itu yang tertangkap rata-rata kelas pengguna narkobanya bukan bandar, mereka langsung rehabilitasi,” kata Sarminal.
Lebih jauh, peran dari Pemko Payakumhuh dalam program P4GN juga tampak dengan adanya Lembaga Rehabilitasi seperti RSUD Adnaan WD Payakumbuh, Puskesmas Lamposi Tigo Nagori, Puskesmas Tiakar, dan Puskesmas Tarok.
“Selain itu ada lembaga rehabilitasi komponen masyarakat seperti Aqila Klinik dan Klinik Benteng,” katanya.
Ditambahkannya, BNN juga ikut serta dalam Tim 7 Kota Payakumbuh yang selalu melaksanakan giat patroli guna menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat di Kota Payakumbuh.
Data menarik justru menunjukkan bahwa Pada tahun 2018, Payakumbuh masuk peringkat ke 12 se Indonesia dalam kategori kota yang ada kesadaran masyarakatnya ingin melaporkan diri ke BNN untuk berubah. (humas)