Sebagai Penyangga, Payakumbuh Harus Siap Jika Terjadi Bencana

178

Payakumbuh — Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Payakumbuh melalui sekretaris BPBD, Agus Rubiono mengatakan Payakumbuh dengan tingkat kerawanan bencana paling rendah, selalu memposisikan diri sebagai daerah penyangga pada saat terjadinya bencana di Sumatera Barat.

“Jika bencana besar terjadi di pusat pemerintahan Sumbar, maka kota dan kabupaten akan mengalami kelumpuhan. Kota Payakumbuh yang berfungsi sebagai penyangga harus siap dan terampil untuk mengatasi bencana yang terjadi,” ujar Agus Rubiono saat ditemui di ruang kerjanya, Lt.1 eks. Kantor Balaikota, Bukik Sibaluik, Kamis (28/3).

Dikatakan, sebagai daerah penyangga, maka Kota Payakumbuh lebih fokus mencetak SDM tanggap bencana yang akan dikirim kelokasi bencana di daerah tetangga.

“Kita fokus mencetak SDM siaga bencana melalui pembentukan dan pelatihan Komunitas Siaga Bencana (KSB) yang sudah banyak terbentuk di sejumlah kelurahan se Kota Payakumbuh. KSB inilah yang menjadi perpanjangan tangan BPBD,” ujarnya.

Agus menambahkan, baru-baru ini pihaknya telah diadakan survei ke kelurahan berkaitan dengan dampak angin puting beliung yang sering menimpa beberapa daerah di kota payakumbuh. Berkaitan dengan kondisi pohon, lereng dan bukit yang berpotensi menimbulkan bencana.

“Selama 3 hari ini kami bersama perangkat daerah kelurahan labuah basilang dan LPM  terjun ke lapangan melihat potensi pohon- pohon yang dianggap berbahaya, tumbang dan dapat menimbulkan kerusakan atau bencana,” ujar Agus.

Dikatakan, ada 3 wilayah rawan bencana di Payakumbuh yaitu, Kecamatan Latina tepatnya di Kelurahan Parik Muko Aia, Kelurahan Padang Alai Bodi Kecamatan Payakumbuh Timur dan Kelurahan Tanjung Enau Kecamatan Payakumbuh Utara.

“Ketiga daerah ini merupakan daerah yang apabila volume hujan tinggi, maka rawan sekali banjir,” ujarnya.

Dijelaskan, pihaknya berharap dengan Adanya ADK (alokasi dana Kelurahan) dari pemerintah, bisa diusulkan masing-masing kelurahan membuat kegiatan sosialisasi terhadap penanggulangan bencana untuk memberitahukan kepada  masyarakat langkah cepat apa saya yg harus dilakukan ketika terjadi bencana alam.

“Selanjutnya kami berharap adanya pengadaan peralatan seperti sinso dan mesin potong rumput di kelurahan. Jika ada bencana  dalam skala kecil,cukup dengan tenaga yang ada di kelurahan dan bantuan masyarakat setempat dapat dengan cepat mengatasinya,”ujar agus

Ditemui ditempat berbeda, Kepala BPBD Kota Payakumbuh Yufnani Away mengatakan Program penanggulangan bencana yang dilakukan BPBD Kota Payakumbuh adalah Pembentukan dan Pelatihan KSB ( Kelompok Siaga Bencana) yaitu program berbasis komunitas dalam rangka membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana yang bisa muncul di lingkungannya.

Sampai saat ini sudah ada 25 kelurahan yang sudah membentuk KSB. Kedepannya kita berharap seluruh kelurahan yang ada di kota payakumbuh dapat membentuk KSB juga.

Ia mengatakan walaupun tanggung jawab akhir dari penanggulangan bencana terletak di tangan pemerintah, namun keberhasilan penanggulangan bencana tak terlepas dari peran serta secara aktif dunia usaha dan masyarakat secara keseluruhan.

“Ketiga unsur ini harus memainkan peran aktif merencanakan berbagai upaya penanggulangan bencana, peran serta semua unsur lebih ditekankan para keterlibatan semua unsur yang ada dalam masyarakat yang terorganisasi dalam lembaga usaha, baik dalam perencanaan, perencanaan pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan” jelasnya.

Yufnani berharap kedepannya seluruh KSB bersama masyarakat  bisa satu pemahaman, bagaimana BPBD sebagai komando penanggulangan bencana di Kota Payakumbuh bisa berkomunikasi dengan masyarakat demi Terwujudnya ketangguhan masyarakat payakumbuh dalam menghadapi Bencana sehingga dapat Bangkit dan memiliki kemandirian menuju masyarakat sejahtera. (humas/cs)