HumasKominfo — Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Dr. Riki Saputra, MA mengutip Al Qur’an Surat Ash Shoffat ayat 101-102 dalam khutbah Idul Adha nya di Halaman Balaikota Payakumbuh, Minggu (11/8). Dengan landasan tersebut, Rektor termuda se-Indonesia itu menggambarkan hikmah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai ujian keimanan mereka.
“Untuk membuktikan keimanan dan penghambaan kepada Allah, diperlukan sebuah pengorbanan dan ujian. Kualitas keimanan seseorang dapat diukur dari seberapa besar kesediaan mereka untuk berkorban atau melakukan pengorbanan,” ujar Dr. Riki.
Dikatakan, dewasa ini sangat mudah mengucapkan kalimat beriman dan bertaqwa. Apalagi diatas mimbar sambutan pimpinan dan juga slogan visi dan misi di berbagai institusi. Namun dalam prakteknya tidaklah segampang itu.
“Perlu ditanya kepada orang yang mengaku beriman dan bertaqwa tadi, bentuk pengorbanan apa yang diberikan? Apa yang telah dilakukan untuk menjunjung tinggi kejujuran, menegakkan kebenaran dan keadilan ditengah tengah masyarakat,” sambungnya.
Dijelaskan, Kisah Nabi Ibrahim bisa menjadi bahan ajar yang sangat relevan dalam memaknai sebuah pengorbanan. Dikatakan, Ibrahim tidak hanya diuji sekali atau dua kali, tapi berkali-kali dan tidaklah ringan, akan tetapi sangat berat.
“Beliau pernah dibakar dengan api untuk menegakkan kebenaran. Beliau diperintah untuk meninggalkan syam yang makmur menuju makkah yang tandus dan meninggalkan Siti Hajjar dan Ismail kecil disana. Dan puncak pengorbanan beliau adalah saat perintah penyembelihan anak semata wayang beliau yaitu Ismail dengan tangan beliau sendiri,” terang Dr. Riki Saputra.
“Jika menilai perintah ini hanya dengan perasaan dan akal belaka, bisa dipastikan perintah ini sangat berat dan tidak bisa diterima akal manusia, akan tetapi karena keimanan dan keikhlasan mereka dalam berkorban, mereka bisa laksanakan perintah tersebut,” tukasnya.
Dikatakan, ditengah pusaran korupsi pejabat yang tak kunjung henti, pertanyaan terkait bentuk pengorbanan ini sangat relevan ditujukan kepada mereka. Apa yang telah mereka lakukan untuk kepentingan masyarakat dan bangsa saat ini.
“Mari kita jadikan momentum ini, untuk menggugah kesadaran mau bekorban dengan apa yang kita miliki, baik tenaga pikiran dan kesungguhan untuk bersikap memihak kepentingan masyarakat bukan untuk memihak kepada kepentingan diri atau kelompok semata,” ajaknya.
Dikatakan, setiap individu mesti berkontribusi dan berkorban untuk kepentingan bersama dalam peran dan posisi apapun, baik kecil, menengah ataupun besar.
“Bahkan di rumah tangga pengorbanan itu harus ada, apalagi kita sebagai orang yang diamanahkan sebagai tokoh ditengah tengah masyarakat. Jika hal itu bisa kita lakukan secara ikhlas, disitu Allah akan memberikan penilaian, dan kita bisa menjadi Insan Kamil atau manusia yang sempurna,” pungkas Riki Saputra.
Sebelumnya, Walikota Payakumbuh H. Riza Falepi menyampaikan pesan-pesan sederhana dalam sambutan jelang pelaksanaan Sholat Idul Adha tersebut. Perbaikan layanan publik dan masalah persampahan jadi dua isu yang ditekankan.
Sholat Idul Adha di Halaman Balaikota sendiri dipadati ribuan jamaah dengan Khatib Dr. Riki Saputra, MA (Rektor UMSB). Hadir pada kesempatan itu, Wakil Walikota H. Erwin Yunaz, beserta unsur Forkopimda, Sekdako Rida Ananda beserta sejumlah pimpinan OPD. Turut hadir mantan Wakil Walikota Payakumbuh H. Syamsul Bahri dan Mantan Ketua DPRD Kabupaten Limapuluh Kota, Syafaruddin Dt. Bandaro Kayo. (*)