Satu Iven Satu Nagari, Nagari Tiaka Menggelar Prosesi Adat Manjapuik Marapulai

243

Payakumbuh—Tiaka Manjapuik Minantu (Marapulai) yang menjadi salah satu rangkaian iven adat ‘satu iven satu nagari’ Kota Payakumbuh sukses digelar di Halaman Kantor Adat Nagari (KAN) Tiakar, Minggu (12/5/2024).

Iven yang mengusung tema Manjapuik Marapulai atau menjemput menantu tersebut merupakan salah satu prosesi adat dalam pernikahan Minangkabau berupa penjemputan calon pengantin pria oleh keluarga calon pengantin wanita yang dilaksanakan 1 hari sebelum akad nikah.

“Ini merupakan kewajiban kita bersama untuk mempertahankan kelestarian adat 10 Nagari di Kota Payakumbuh,” kata Ketua LKAAM Kota Payakumbuh Yendri Bodra Dt. Parmato Alam dalam sambutannya.

Ia menambahkan, satu iven satu nagari ini diharapkan menjadi percontohan dan momentum bagi seluruh pemangku adat untuk menjaga kelestarian budaya asli Payakumbuh dan menjadi pegangan bagi generasi muda untuk menghadapi gempuran budaya luar.

“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi iven yang berkelanjutan dan berkesinambungan agar anak cucu kemenakan kita bisa melihat secara konkrit bagaimana prosesi manjapuik marapulai itu sendiri,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi B DPRD Kota Payakumbuh tersebut.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Payakumbuh Drs. Jasman, MM Dt. Bandaro Bendang mengungkapkan ucapan terima kasihnya kepada semua pihak yang telah membantu menyukseskan satu iven satu nagari ini.

“Iven manjapuik marapulai ini bertujuan merangkul seluruh elemen masyarakat untuk melestarikan adat, budaya, dan kuliner khas nagari agar semakin dikenal oleh masyarakat dan diwariskan ke anak cucu,” ujarnya.

Disampaikan Jasman, seluruh kearifan lokal khas Payakumbuh mesti dijaga makna aslinya, salah satu contohnya adalah perihal nama daerah di Payakumbuh yang memiliki banyak penyebutan.

“Mestinya tetap ditulis dengan bahasa daerah, tidak diubah ke Bahasa Indonesia atas pertimbangan tertentu, seperti pertimbangan sejarah, asal-usul daerah, atau budaya khas daerah setempat. Misalnya Payobasuang bukan Payobasung, Riska bukan Tiakar atau Payokumbuah bukan Payakumbuh,” tegasnya.

“Sehingga, kearifan lokal seperti ini diharapkan dapat membawa nama Payokumbuah sebagai daerah yang kental dengan keberagaman adat dan istiadatnya,” imbuhnya lagi.

Selanjutnya, Sekretaris Umum LKAAM Sumatera Barat ini juga menyebut iven budaya ini secara tidak langsung akan mendorong peningkatan kunjungan wisatawan serta merangsang perputaran roda perekonomian masyarakat.

“Oleh karena itu, upaya menjaga adat istiadat ini harus dilakukan secara bersama-sama. Tadi kita telah menyaksikan bagaimana prosesi manjapuik marapulai melalui arak-arakan, jujur saja ini sangat luar biasa. Kami dari Pemko Payakumbuh akan mendukung penuh” tutupnya seraya membuka secara resmi acara tersebut.

Kegiatan itu juga dihadiri oleh Camat Payakumbuh Timur, Lurah Tiaka, KAN dan Bundo Kanduang 10 Nagari, tokoh masyarakat, serta tamu undangan lainnya. (Humas)